Overview


Volatility, UncertaintyComplexityand Ambiguity (VUCA) world atau Dunia Volatilitas, Ketidakpastian, Kompleksitas, dan Ambiguitas menjadi representasi dari situasi—kondisi dunia yang sedang kita hidupi. Istilah VUCA World diciptakan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus pada era sembilan puluhan sebagai gambaran dunia yang mengalami perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subjektif.

Cepatnya pengaruh perubahan dunia didorong oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat. Telah dikenal istilah Industri 4.0 dan Society 5.0, yang disebut-sebut sebagai titel era saat ini, di mana teknologi masyarakat berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi (Artificial Intelligence/AI dan Internet Of Things/IoT). Kecerdasan buatan (AI) dan internet untuk segalanya (IoT) telah menjadi bagian dari hidup kita. Kecepatan teknologi dan informasi ini tidak hanya mempengaruhi gaya hidup kita ataupun perkembangan ekonomi diluar sana, tetapi juga mempengaruhi bagaimana kita menghadapi perubahan. Manusia perlu beradaptasi di era VUCA, meskipun kita juga belum tahu perkembangan dunia dan teknologi nanti seperti apa. Kita hanya bisa beradaptasi, seperti ungkapan dari Albert Einstein, “The measure of intelligence is the ability to change”.

Pergeseran perubahan dunia juga mendapatkan katalisator di awal tahun dengan momentum merebaknya Corona Virus Disease (Covid)-19 yang menjadi pandemik global. Hipotesis penularan penyakit covid-19 yang diduga melalui droplet dan aerosol menyebabkan seluruh dunia memberlakukan aturan physical distancing, menggalakkan penggunaan masker serta perilaku hidup bersih dan sehat. Pemerintah pun memberlakukan physical dan social distancing yang mewajibkan hampir semua aktivitas kehidupan dilakukan dari rumah. Mereka yang masih harus atau dapat beraktivitas di luar rumah pun wajib mengikuti protokol-protokol yang telah ditentukan.

Pandemik ini menjadi katalis pertumbuhan pemanfaatan teknologi oleh masyarakat. Fakta bahwa masyarakat harus mengurangi aktivitas di luar rumah, mendorong orang untuk lebih banyak menggunakan / memanfaatkan teknologi. Masyarakat yang awalnya hanya sekedar mengenal atau memanfaatkan sebagian kecil dari teknologi saja, kini dipaksa harus lebih banyak menggunakan teknologi demi keberlangsungan aktivitasnya.

Proporsi penggunaan teknologi yang semakin besar memunculkan banyak perubahan di seluruh tatanan kehidupan. Operasional di berbagai sektor baik pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun sosial-budaya mengarah pada penggunaan teknologi dengan memperhatikan protokol kesehatan serta norma-norma baru lainnya, termasuk dalam bidang kependudukan, keluarga dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, saat ini kita perlu mengambil peran serta agar disrupsi akibat pandemik ini bukan menjadi destruktif melainkan konstruktif.

Berdasarkan kondisi tersebut, Seminar on Population, Family and Human Resources 2020 mengambil tema “The New Normal Life For Family, Population and Human Development”. Kami berharap bahwa dalam seminar ini, ide-ide, pemikiran, solusi, kreatif akan diusulkan dalam menghadapi kenormalan baru. Kita tidak bisa lagi hidup di era di mana kondisi akan kembali pada kenormalan seperti sebelumnya, namun kita harus adaptif dengan kenormalan baru. Seperti ungkapan dari Albert Einstein, “The measure of intelligence is the ability to change”